Jakarta – Menyikapi rencana perhelatan debat pilpres ke-5 yang akan digelar pada hari Minggu 4 Februari 2024, debat ini dinilai berdampak pada dinamika sosial di masyarakat.
Hal itu diungkapkan oleh Raden Wijaya, selaku koordinator relawan Pecinta Gibran Generasi Muda 2024 yang dikenal dengan Perang Gardan 24, Jumat (2/2/2024).
“Kami mengajak masyarakat, elit politik, penggiat media pegiat sosmed, pakar politik dan pengamat politik untuk bersama-sama menciptakan suasana damai dengan bersama-sama meyakini bahwa pilpres 2004 akan berjalan secara luber dan jurdil.” ungkapnya.
Ia juga meminta agar semua elemen saling bahu-membahu jaga kondusifitas.
“Stop provokasi yang akan menimbulkan gesekan sosial.” himbaunya.
Pria yang akrab disapa Bang Jaya ini mengungkap bahwa efek debat memiliki pengaruh yang luar biasa di mata masyarakat. Hal ini dianggap memberikan peluang terjadinya polarisasi dan fanatisme dukungan masyarakat kepada capres yang didukungnya sehingga kondisi ini berdampak pada munculnya narasi narasi menghina, merendahkan, saling hujat hingga aksi saling lapor diantara sesama anak bangsa baik yang berlatar praktisi, elit politik hingga masyarakat.
“Sebelumnya dalam setiap pelaksanaan debat Pilpres selalu menampilkan intrik saling menjatuhkan, saling mencari kelemahan paslon sehingga hal ini berdampak pada munculnya dinamika di masyarakat yang menimbulkan polarisasi kebencian, tuduhan tidak mendasar yang dikhawatirkan akan memberikan efek legitimasi dalam pelaksanaan Pemilu serentak 2024.” tegasnya.
Ia juga mengimbau agar semua pihak bijak dalam menggunakan media sosial untuk tetap menjaga kesejukan dan ketentraman gelaran pesta demokrasi ini.
“Media sosial menjadi tuan rumah, menjadi alat utama yang mengawali semua polemik yang mengarah pada perpecahan anak bangsa. Untuk itu mari sama-sama berkomitmen ciptakan Pemilu 2024 yang damai, sejuk dan kondusif.” tuturnya.
Sebagai informasi, debat ke-5 diselenggarakan pada Minggu, 4 Februari 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) yang mengangkat tema kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia dan inklusi.