Ade Armando Unggah Aksi Geruduk Istana 1 Februari, Ketua BEM UI Nonaktif : Padahal Gue Lagi Fokus di Forum Anomali!

Jakarta – Politikus PSI Ade Armando mengunggah soal adanya rencana aksi demonstrasi ‘Geruduk Istana’ bertajuk Sidang Istimewa untuk menurunkan Presiden Jokowi, pada 1 Februari 2024.

Dalam poster yang diunggah, ada nama-nama kampus ternama di bawahnya. Termasuk salah satunya Universitas Indonesia. Bahkan, nama Ketua BEM UI nonaktif Melki Sedek Huang ditulis sebagai contact person.

Bacaan Lainnya

“Kubu yang bakal kalah udah kalap. Mahasiswa pun digerakkan. Tapi apa iya bisa ngumpulin 100 ribu?” cuit Ade Armando dikutip di akun X pribadinya.

Dilansir dari kumparan, Ketua BEM UI Nonaktif Melki membantah sepenuhnya.

“Gue tidak tahu menahu soal gerakan ini karena lagi fokus di Forum Anomali yang membuat gue dan teman-teman masih di Jawa Timur hari ini,” katanya saat dikonfirmasi, Selasa (30/1).

Ia mengaku tak tahu juga kenapa ada nomor HP-nya yang tercatat di poster tersebut. Menurutnya, pola ‘hoaks’ seperti ini sudah biasa ia hadapi selama menjabat Ketua BEM UI.

“Pola seperti ini biasa dilakukan sepanjang tahun 2023, ketika jadi Ketua BEM UI, ada puluhan flyer seperti ini bawa-bawa nama dan nomor gue tapi aksinya enggak ada,” tutur dia.

Melki pun mendalami kenapa isu ini berulang. Motifnya pun diyakininya berbeda-beda.

“Ada yang memang benar melakukan aksi, tapi butuh menghadirkan keramaian massa. Jadi bawa-bawa nama kampus dan organisasi lain agar terlihat ramai. Padahal menurut gue, keramaian tidak selalu jadi parameter keberhasilan gerakan,” urai mahasiswa FH UI itu.

Di sisi lain, Melki menyebut, ada juga yang enggak ingin demo atau aksi tapi memberi surat pemberitahuan ke polisi dan membuat flyer palsu.

“Agar dihubungi aparat keamanan memanfaatkan aparat keamanan dan diberikan uang oleh aparat agar ‘tidak aksi’, padahal emang enggak,” jelas dia.

“Enggak papa, apa pun niatnya, semoga pelaku yang mencatut diberikan rezeki melimpah. Jangan nge-judge karena latar belakang dan kebutuhan orang beda-beda. Risiko menjadi pimpinan organisasi ya begini,” tutupnya.

Pos terkait