Antonius Benny Susetyo : Pemuda Indonesia Penggerak Persatuan dan Kesatuan

Malang – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Malang beserta dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyelenggarakan acara Geragah Taruna Nusantara dalam rangka perayaan ke-15 tahun Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 2023 lalu, di Dome UMM, Batu, Malang, hari Selasa (31/10/2023).

Hadir dalam acara tersebut Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, Asisten Deputi Revolusi Mental Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Maman Wijaya, Rektor UMM Fauzan, serta pemimpin-pemimpin agama di lingkungan Malang dan sekitarnya. Adapun mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai perguruan tinggi hadir sebagai peserta, dengan jumlah hampir menyentuh 5000 orang.

Bacaan Lainnya

Acara dibuka oleh Rektor UMM Fauzan, dengan menyatakan bahwa acara ini diadakan untuk menyerukan persatuan anak-anak muda di Indonesia, sesuai dengan jiwa dan raga dari Sumpah Pemuda yang dikumandangkan 95 tahun silam.

“Patut kita bersyukur, kita bisa bersatu dan bersanding bersama-sama, tanpa memandang suku, agama, serta golongan dan budaya; indah rasanya kita bersama dan bersatu untuk menuju kedamaian dan persatuan,” serunya.

David Tobing, Ketua FKUB Malang menyatakan bahwa acara yang dilaksanakan adalah sebuah cita-cita yang akhirnya terwujud.

“Setelah 8 tahun ide ini tercipta, akhirnya terwujud, dalam rahmat Tuhan YME dan kerja sama antar golongan. Perbedaan bukan sesuatu yang harus diperdebatkan, tetapi perbedaan menjadi kekuatan yang besar dengan cinta kasih, perbedaan bisa menjadi pelangi, indah walau berbeda. Kiranya acara ini bisa menjadi aspirasi bagi masyarakat Indonesia untuk terus berkarya.”

Dalam forum tanya jawab, Antonius Benny Susetyo, atau yang akrab disapa Benny, dan Maman Wijaya, menjadi pembicara.

Benny pun menjelaskan bahwa kerja sama dan persatuan sebenarnya sudah dilaksanakan oleh anak muda.

“Lihat waktu covid melanda. Anak-anak muda menggalang dana, membantu bersama-sama, sampai pengiriman obat, vitamin, makann, dan tabung oksigen pun, itu atas bantuan anak-anak muda. Itulah penghayatan Pancasila; tidak muluk Pancasila soal hafalan, tetapi aplikasi, dan yang dilakukan anak muda ini merupakan sebuah penghayatan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” jabarnya.

Dia malah menyayangkan generasi sebelumnya yang tidak menjadi role model.

“Yang kurang malah kita; kita tidak menjadi contoh bagi mereka. Kita malah sibuk dan tidak menyadari mereka (generasi muda) tidak punya contoh bagaimana penghayatan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,” tukasnya.

Staf Khusus ketua Dewan Pengarah BPIP ini merujuk pada penggunaan media sosial dan teknologi yang dipakai oleh anak muda menjadi tindakan yang dapat berdampak positif.

“Melek digital, dan dalam satu bahasa persatuan dan persaudaraan sejati, bahasa kemanusiaan. Ini yang ditunjukkan anak muda sekarang. Mereka tidak suka kemunafikan, mereka butuh bukti nyata, bukan OMDO. Itu menjadi refleksi bagi para elit politik juga, yang kerap kali memakai bahasa persatuan untuk memanipulasi.”

“Pemerintah juga sebaiknya memberikan sarana dan prasarana serta akses agar anak muda terus berkembang dengan juga memiliki jiwa kritis.”

Namun begitu, ada hal yang harus diperhatikan. Baik Benny maupun Maman menyatakan hal ini.

“Menurut saya,” ujar Maman, “yang harus diperhatikan adalah berkembangnya ideologi transnasional, yang berusaha menyusp dan menggeser Pancasila. Ini hal yang harus diperhatikan juga oleh generasi muda. Jangan sampai lengah.”

“Saya merasa penggunaan media dengan kritis adalah ancaman,” kata Benny, “karena penggunaan media tanpa daya berpikir kritis dalam menciptakan manusia menjadi satu dimensi. Lalu pragmatisme juga harus diwaspadai. Generasi muda harus bisa berpikir global dan bertindak lokal,” serunya.

Mereka pun menutup dengan seruan agar anak-anak muda tetap percaya diri dan optimis, serta tidak mudah putus asa.

Pos terkait