Pendidikan Pancasila, Pembangunan Karakter Indonesia

Oleh : Antonius Benny Susetyo
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badna Pembinaan Ideologi Pancasila

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) meluncurkan Buku Teks Utama (BTU) Pendidikan Pancasila untuk jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah pada Satuan Pendidikan Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka, pada hari Senin, 21 Agustus 2023. Kepala BPIP, Yudian Wahyudi, menyampaikan, pada press conference, bahwa tujuan utama penyusunan BTU ini adalah untuk menghadirkan materi Pendidikan Pancasila yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan fakta sejarah, perumusan dan penetapannya sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa dan ideologi bangsa Indonesia.

Bacaan Lainnya

Hal ini merupakan suatu kemajuan dan bukti bahwa pemerintah bersungguh-sungguh mengamalkan serta mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila di kehidupan bermasyarakat. Sudah lebih dari 20 tahun Pancasila hilang dari pembicaraan warga negara Indonesia. Generasi muda kehilangan pengertian dan esensial dari Pancasila itu. Seperti Kepala BPIP katakan, materi Pancasila bertujuan untuk memberikan kembali nilai-nilai Pancasila, fakta sejarahnya, bagaimana perjalanan perumusan dan penetapannya sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa dan ideologi bangsa Indonesia. Seperti kata pepatah, ‘tak kenal, maka tak sayang’. Lewat BTU ini, masyarakat, khususnya generasi muda, diajak kembali untuk mengenal Pancasila secara menyeluruh, bukan hanya hafalan, dengan tujuan agar generasi muda menyayangi Pancasila dan merawatnya lewat tindakan dan kehidupan sehari-hari.

Penyusunan BTU ini penting untuk pembangunan karakter bangsa Indonesia, yang akan memasuki era digital dan keterbukaan global. Semakin banyaknya pengertian dan paham masuk ke dalam kehidupan bangsa Indonesia, kita memerlukan suatu filter dalam memahami semua informasi tersebut. Pancasila adalah filter bangsa Indonesia, yang mempersatukan bangsa Indonesia yang beragam dan sangat majemuk. Indonesia merupakan Negara yang Bhinneka Tunggal Ika terdiri atas 714 suku, bermacam agama dan etnis yang hidup berdampingan. Sejak ratusan tahun bangsa ini hidup berdampingan dalam menjaga kemajemukan, menjadi cara berpikir, bertindak, dan bernalar. Dalam Kitab Sutasoma, semboyan Bhinneka Tunggal Ika dengan tegas menggambarkan masyarakat pada waktu itu hidup berdampingan dan bersaudara dalam perbedaan keyakinan. Beratus-ratus tahun masyarakat punya kearifan yang luar biasa untuk saling menghargai perbedaan.

Namun, akhir-akhir ini, dapat dilihat bahwa berita publik banyak diisi dengan entiment suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), kebencian, serta permusuhan di ruang dunia maya. Hal ini dibiarkan tanpa ada kesadaran bersama untuk menjaga keragaman, sehingga dikhawatirkan bangsa ini akan kehilangan masa depan. Bapak pendiri bangsa, Soekarno, menegaskan bahwa Negara Republik Indonesia ini bukan milik suatu golongan, bukan juga milik suatu agama, milik suku tertentu, dan bukan pula milik suatu golongan adat istiadat, tapi milik bangsa Indonesia dari Sabang sampai Marauke. Amanat ini harusnya dirawat dan dijaga semua pihak, yakni semua unsur bangsa ini. Bangsa ini harus bertanggung jawab mengaktualisasikan nilai Pancasila dalam segala sendi kehidupan.

Peluncuran BTU ini adalah bentuk tanggung jawab bangsa dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila dalam segala sendi kehidupan. Perlu diketahui, proses pembentukan buku ini tidak memakan waktu yang singkat. 200 penulis terlebih dahulu dikumpulkan di Kota Yogyakarta oleh BPIP, dimana kemudian muncul teks yang direvisi bersama-sama oleh BPIP dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. BTU ini akan menjadi acuan referensi untuk penulisan buku ajar dari tingkat PAUD sampai dengan SMA. Tentunya ini merupakan semangat untuk mengaktualisasikan nilai Pancasila, dengan cara meraih generasi muda untuk kembali ‘melek’ Pancasila.

Beda buku Pancasila ini adalah bagaimana buku ini dirumus: 70% praktek dan 30% teori, yang berarti buku ini memberikan kesempatan para siswa untuk berproses menjadi insan Pancasila. Murid-murid mengalami realitas dan mampu berefleksi secara langsung dengan aktualisasi nilai-nilai Pancasila. Siswa bisa menghayati Pancasila menjadi bagian dari jiwa dan raganya sebagai warga negara Indonesia; Pancasila bukan lagi hafalan, dimana para murid hanya belajar untuk mengingat sila-sila dan butir-butir Pancasila, tetapi Pancasila benar menjadi acuan untuk bertindak, bernalar, dan beraktualisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BTU ini mengajak agar Pancasila diaktualisasikan nyata dalam kehidupan. Kita diajak untuk mampu mengekspresikan rasa-rasa dalam nilai-nilai Pancasila, nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerjasama dan Gotong Royong, serta Keadilan. Bukan cuma pengetahuan, tetapi juga nilai afektif, serta siswa mampu mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Ini sesuai dengan harapan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, yaitu agar Pendidikan Pancasila menjadi cara bagaimana praktek Pancasila bangsa Indonesia. Manusia Indonesia pun memiliki bekal berupa rasa sayang kepada negara, budaya, dan ideologi negaranya, sebelum terjun bersaing di dunia global, agar tidak terbawa arus globalisasi. Seperti Ki Hajar Dewantara, tujuan Pendidikan adalah untuk membuat kecakapan dan membuat siswa mencintai budaya, negaranya, tanah airnya. Itulah yang ingin disajikan buku ini: Pendidikan Pancasila menjadi penting untuk membangun kembali nilai karakter Pancasila di masyarakat Indonesia.

Pos terkait