Dubes Djumala : Pidato Bung Karno di PBB sebagai Memory of the World, Nilai-Nilai Pancasila yang Universal Diakui Dunia

Jakarta – Kabar baik untuk Indonesia datang dari Markas Besar UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) di Paris. Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 pada 10-24 Mei 2023 telah menetapkan pidato Bung Karno di PBB berjudul “To Build the World a New” , 30 September 1960, sebagai Warisan Dokumenter Dunia (Memory of the World).

Disamping pidato Bung Karno di PBB tersebut, UNESCO juga menetapkan arsip Pertemuan Pertama Gerakan Non Blok sebagai Memory of the World, yang diusulkan oleh 5 negara yaitu Aljazair, Mesir, India, Indonesia, dan Serbia. Dengan ditetapkannya pidato Bung Karno sebagai Memory of the World publik internasional akan menjadi lebih mudah mengakses teks pidato itu sebagai referensi untuk pengembangan studi terkait bidang tugas UNESCO.

Bacaan Lainnya

Dewan Pakar BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, Dr. Darmansjah Djumala, MA., menunjukkan rasa bangga dan terharunya atas pengakuan badan PBB tersebut.

“Pidato Bung Karno di PBB itu merupakan moment yang sangat bersejarah, tidak saja bagi Indonesia tetapi juga bagi dunia.” ungkap Dr. Djumala, yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif PSP (Pusat Studi Pancasila), Universitas Pancasila.

Dr. Djumala juga mengungkap bahwa kala itu di PBB, Bung Karno untuk pertama kali memperkenalkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara Indonesia. Pidato itu membawa signifikansi sejarah (historical significance) tersendiri karena disampaikan ketika dunia terbelah oleh rivalitas ideologis antara dua super power saat itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet.

“Ketika dunia berkonflik dan terlibat perang berlatar ideologis, Bung Karno menawarkan “jalan ketiga” untuk memelihara perdamaian dunia, yaitu Pancasila.” tandasnya.

Dikatakan oleh Bung Karno, ideologi yang dibawa oleh kedua super power justru menjerumuskan dunia dalam kecamuk perang.

“Pancasila justru membawa pesan perdamaian, karena Pancasila adalah ideologi perdamaian yang terefleksi dalam sila-silanya.” ujar Dubes Djumala yang pernah bertugas sebagai Duta Besar RI untuk Austria dan PBB di Wina,

Dalam pandangan Dubes Djumala, keputusan UNESCO atas pidato Bung Karno di PBB sebagai Memory of the World merupakan pengakuan dunia bahwa Pancasila mengandung nilai-nilai unversal. Sebab, beberapa sila di dalam Pancasila ada juga bersesuaian dengan nilai, ajaran dan ideologi yang dianut oleh negara lain.

Pada titik inilah, kata Dubes Djumala, Pancasila mampu menjadi “jembatan nilai” bagi pihak-pihak yang berseteru. Justru di tengah dunia yang mengalami konflik berlatar etnik, suku dan agama, Pancasila yang berintikan nilai musyawarah, gotong royong, moderasi dan toleransi dapat menawarkan mediasi.

“Dengan nilai universalnya, Pancasila bisa digunakan Indonesia dalam kiprah diplomasinya, terutama dalam mediasi negara-negara yang berkonflik karena alasan ras, suku, etnik dan agama”, tutup Dubes Djumala.

Pos terkait