BPIP : Media Sosial sebagai Sarana Pengaplikasian Nilai Pancasila bagi Para Paskibraka

Palembang, Sumatera Selatan – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) melalui Direktorat Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan, menyelenggarakan Pembinaan Ideologi Pancasila bagi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) tahun 2022 untuk Provinsi NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan dan Bengkulu, di Kota Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (13/04/2023).

Pembinaan dibagi menjadi dua sesi, dengan beberapa kelas dibagi lewat kelas-kelas daring dari zoom meeting. Hadir daring dan luring dalam acara ini, Kepala BPIP, Yudian Wahyudi, Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi Rima Agristina, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Antonius Benny Susetyo, Dewan Pakar Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, Darmansjah Djumala, dan Direktur Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Sadono Sriharjo. Dari Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan, hadir Kepala Bidang Ideologi Badan Kesatuan Kebangsaan dan Politik, Marwan. Peserta adalah dari Paskibraka tingkat daerah (provinsi, kota dan kabupaten) dari Provinsi NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan dan Bengkulu, yang berjumlah sebanyak 5138 orang.

Bacaan Lainnya

Yudian menyatakan bahwa Paskibraka harus bisa menjadi generasi unggul dengan menguasai banyak kemampuan dan bahasa.

“Jadi, adik-adik sekalian juga harus melahap ragam ilmu pengetahuan, kuasai teknologi, asah hard skills dan juga soft skills, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi, kecerdasan sosial, serta kemampuan beradaptasi yang baik di dalam kehidupan maupun dunia kerja. Kuasai juga bahasa-bahasa asing, karena dengan begitu adikadik akan mampu bersaing tidak hanya di kancah nasional, tetapi juga internasional”, tuturnya.

Pembinaan ideologi Pancasila bagi Paskibraka, menurut Rektor UIN Sunan Kalijaga periode 2016 -2020 ini, perlu dilakukan dengan bergotong royong secara nasional agar pembangunan karakter bangsa dapat tercapai.

“Karena kalian nantinya akan memegang tongkat estafet perjuangan bangsa di masa yang akan datang, sehingga sebagai calon pemimpin bangsa, Paskibraka harus memiliki karakter Pancasila, ideologi bangsa dan negara kita,” imbuhnya.

Dia pun menekankan bahwa persiapan generasi muda yaitu Paskibraka untuk menjadi generasi unggul dan tangguh, adalah sebuah proses yang melibatkan waktu dan banyak pihak.

“Gotong royong, seperti sekarang dalam melakukan program Paskibraka, bekerjasama dengan pemerintah daerah, merupakan salah satu wujud syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tentu saja kaderisasi ini merupakan proses panjang yang berkesinambungan, serta dibutuhkan integritas dan konsistensi gotong royong dari semua,” katanya.

Rima Agristina, sebagai koordinator program Paskibraka, menyatakan bahwa menjadi duta Pancasila adalah suatu amanah yang sangat besar.

“Pesan kami adalah, kalian calon-calon pemimpin Indonesia di masa depan. Kami berharap pada masa tersebut adik-adik menempati posisi kepemimpinan di Indonesia, dan dengan bekal pembinaan nilai Pancasila, adik-adik dapat menjadi generasi unggul, cerdas, dan berdasar pada nilai Pancasila,” sebutnya.

Nilai-nilai tersebut, antara lain adalah kedisplinan, kerja keras, belajar berkelanjutan yang senantiasa dilaksanakan dengan tetap memegang teguh integritas sebagai Paskibraka dan bangga sebagai bangsa Indonesia.

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah menyatakan bahwa Paskibraka juga memiliki tugas sebagai penyebar dan role model pelaku Pancasila di Indonesia.

“Dan dengan era digital saat ini, tugas itu dapat diwujudkan dengan memakai media massa dan sosial media menyebarkan nilai-nilai Pancasila,” sebut Benny.

Pakar komunikasi politik tersebut menjelaskan bahwa generasi muda (milenial dan Z) dicatat sebagai pengguna gadget dan media sosial terbesar, kira-kira sekitar 93% dari jumlah yang ada.

“Dan ini berarti sosial media sangat mempengaruhi tingkah laku, pikir, dan perilaku dari generasi yang akan menjadi pemimpin masa depan Indonesia. Kita bisa lihat sekarang, bagaimana orang mengejar like, subscribers, ataupun views. Dan kadang, malah tidak menghiraukan norma dan aturan hukum dan sosial di Indonesia,” jelasnya.

Benny menunjuk pada tren masyarakat yang menikmati tren yang sensasional dan seringkali tidak memiliki ‘isi’.

“Di TikTok, ada yang mandi dengan air kotor. Ada yang menubrukkan diri ke truk sampai meninggal. Ada yang melakukan tindakan prostitusi. Semua itu hanya agar populer, trendi, sensasional. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kemanusiaan, harga diri manusia, berkurang, sampai pada titik rendah seakan-akan manusia hanya berharga jumlah likes, subscribers, dan views,” imbuhnya.

“Demi konten, moralitas hilang. Konten kerap kali berbau isu SARA. Demi konten, persatuan dan kesatuan bangsa terancam.”

Stafsus Ketua Dewan Pengarah BPIP itu pun menyatakan panggilan Paskibraka adalah menjadi suar kebenaran.

“Pasukan harus memberi kebenaran, mendidik masyarakat dengan nilai keutamaan Pancasila, dan memberikan hiburan lokal, serta menjadi inspirasi. Gunakan media sosial sebagai sarana aplikasi nilai-nilai Pancasila, mulai dari sekarang,” tutupnya.

Darmansjah Djumala, dalam paparannya, menanamkan pengetahuan sejarah pembentukan Pancasila.

“Saya rasa pengetahuan sejarah ini harus diketahui generasi muda, agar dapat mengerti kenapa Pancasila dan bagaimana Pancasila terbentuk menjadi ideologi bangsa dan negara kita,” katanya.

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Austria ini juga menjelaskan bahwa generasi muda harus menyadari tantangan Pancasila.

“Ada dua macam, di tingkat nasional dan tingkat internasional. Tingkat nasional adalah gerakan-gerakan dari dalam yang menyebarkan paham-paham dan pengetahuan yang salah soal Pancasila dan sejarahnya. Mendistorsi sejarah untuk sesuai dengan agendanya.”

“Dan dalam tingkat internasional, paham-paham liberalisme, sosialisme, dan juga teokrasi, itu sangat berusaha masuk dan menghancurkan kesatuan persatuan yang sudah terjalin. Itu semua harus kita sadari dan pahami, untuk dapat menangkal diri menjaga Pancasila,” tutupnya.

Pos terkait