Forum DKI (Aktivis 98): Serangan ke Kabareskrim karena Bersih-bersih di Polri

Jakarta – Bersih-bersih di tubuh Polri tampaknya belum sepenuhnya tuntas. Setelah kasus Sambo tuntas dengan Vonis Mati untuk mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo akibat membantai ajudannya, kemudian berlanjut dengan sidang terhadap mantan Kapolda Sumbar Teddy Minahasa DKK dalam kasus perdagangan Narkoba hasil sitaan. Teddy Minahasa menunggu putusan Hakim PN Jakarta Selatan, dia dituntut hukuman Mati oleh JPU. Masih terlihat adanya upaya fightback dari pihak yang merasa dirugikan.

Operasi bersih-bersih ini berimbas pada Kabareskrim Komjen Agus Andrianto, operator utama dalam agenda bersih-bersih ini. Namanya disebut-sebut sebagai backing tambang batubara ilegal. Mantan anggota Polres Samarinda, Ismail Bolong mengaku menyetorkan uang miliaran rupiah ke Komjen Agus. Namun, belakangan Ismail menarik pernyataannya.

Bacaan Lainnya

Koordinator Forum Diskusi Kebangkitan Indonesia (Forum DKI), Bandot DM menilai posisi Kabareskrim saat ini tergolong strategis dan menjadi ujung tombak Polri dalam pembenahan kasus-kasus hukum. Kasus Sambo dan Kasus Teddy berhasil diselesaikan dengan baik oleh penyidik Bareskrim.

Publik yang tadinya sempat pesimis dengan penanganan kasus Sambo, akhirnya bisa bernafas lega mendapati Sambo CS dihukum maksimal.

“Kasus Sambo secara signifikan telah mengubah peta permainan mafia hukum di kepolisian. Meksipun, Kapolri tidak mengungkap secara detil dugaan kejahatan Sambo di luar kasus pembunuhan terhadap Brigadir J,” ujar eks akitivis 98 ini.

Upaya ini yang lantas mendapat perlawanan, hingga tersebar rekaman video Ismail Bolong yang menyebutkan setoran ke Kabareskrim. Belakangan, Ismail Bolong mengaku ditekan saat membuat video tersebut.

“Menariknya, video tersebut dibuat oleh anak buah Sambo saat masih berkuasa,” tambahnya.

Upaya memukul Kabareskrim dengan kasus Ismail Bolong ini kandas, sebab Ismail Bolong sebagai satu-satunya saksi mencabut keterangannya. Sementara alat bukti pendukung lain tak juga ditemukan. Hingga kini, KPK yang telah menerima laporan November tahun lalu, tak memberikan keterangan perkembangan kasus ini.

Kini, Agus lagi-lagi diserang dengan pemberitaan masif tentang dugaan perilaku tak pantas istrinya yang gemar menggunakan barang mewah. Tren menguliti flexing istri dan keluarga pejabat menyerang isri Kabareskrim.

Sejumlah foto-foto yang disebutkan berasal dari medsos Evi Celiyanti kini beredar di media sosial dan media massa.

“Sepertinya ada yang mengorkestrasi, tetapi ambil sisi positifnya saja. Ini berarti Kabareskrim harus lebih waspada dan eling dalam menjaga keluarganya,” kata Bandot.

Menurut Bandot, jika menilik pada kasus-kasus yang diangani oleh Agus sejak dilantik menjadi Kabareskrim tak mengherankan jika dia terus diserang berbagai pihak. Tentunya akibat ada yang kepentingannya terganggu oleh Agus. Tetapi, dia hanya sasaran antara saja.

“Sasaran utamanya adalah mengdegradasi lembaga polri,” ujarnya.

Sejauh ini, pemberitaan flexing ini pun belum mengarah tindak pidana. Tetapi, perlu diingatkan juga kepada Kabreskrim untuk meredam isyu ini sebaiknya dia segera menyampaikan hal-hal yang sifatnya administratif. Agar segalanya menjadi clean and clear.

“Jangan sampai kiprahnya yang luar biasa sebagai Kabareskrim terganjal oleh hal teknis” pungkasnya.

Pos terkait