Benny Susetyo : Bukti Aktualisasi Pancasila dengan Bersatu Menjadi Pendamai

Malang – Dalam menghadapi Tahun Pemilu pada 2024, bangsa Indonesia kembali dihadapkan kepada suatu tantangan terhadap kebhinekaan. Para kontestan pemilu seringkali terjebak menggunakan politik identitas, hoaks dan narasi pemecah belah. Untuk dapat mengembalikan pemilu menjadi Kontestasi damai dan bukan ajang konflik maka Gereja Masehi Injili Nusantara menyelenggarakan Acara sosialisasi 4 pilar Kebangsaan bertema “Aktualisasi Pancasila dalam Menjaga Kemajemukan Demi Pemilu yang Damai”. Acara ini diselenggarakan di Auditorium Sekolah Tinggi Alkitab Nusantara, Malang Jawa Timur, pada hari Kamis 31 Maret 2023 dan Jumat 1 Maret 2024.

Dalam pembukaan acara yang menghadirkan narasumber Romo Antonius Benny Susetyo ini, Perwakilan dari Sinode Gereja Masehi Injili Nusantara Pendeta Adeli Walaha M. Th menyatakan bahwa semua bangsa Indonesia merindukan kedamaian dan stabilitas dalam bangsa dan negara. Karenanya umat Kristiani sebagai bagian dari bangsa Indonesia perlu memiliki wawasan kebangsaan, sehingga dapat mengambil peran dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bacaan Lainnya

“Baik dalam hubungan dengan sesama pemeluk agama maupun dengan mereka yang memiliki identitas yang berbeda dengan kita, sudah waktunya sebagai warga gereja kita tidak hanya pasif dan menjadi penonton namun juga berperan aktif memberikan dinamika baik, bersama bagi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.” tegas Pendeta Adeli.

Untuk selanjutnya, dalam acara sosialisasi, Moderator Pendeta Christa Andrea dari Gereja Kristen Jawi Wetan membuka diskusi dengan pernyataan bahwa Pancasila seringkali dipikirkan hanya dasar negara yang dimunculkan pada tanggal 1 juni 1945. Padahal sejak lama khususnya di Jawa Timur pada 1367 jaman Majapahut, nilai-nilai Pancasila sudah tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Nilai Pancasila Ini bahkan dituangkan oleh Empu Prapanca dalam kitab negara kertagama seloka 43.

“Pupuh yang kedua dalam kalimat “Yatnanggegwani Pancasyila Kertasangkarabhisekakakakrama”, yang berarti ada lima keutamaan yang dijalankan oleh raja ini membuktikan bahwa nilai Pancasila sudah lama hidup dan berkembang di Indonesia dan kita sebagai bangsa Indonesia seharusnya tidak hanya sebatas menghapal dan mengerti namun juga secara serius melaksanakan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.” tandasnya.

Dalam acara sosialisasi yang menargetkan para pemuka agama Kristen dan Katolik ini, Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo menyatakan bahwa negara Indonesia terdiri dari banyak unsur agama, suku dan kelompok masyarakat serta Identitas, dengan kenyataan ini sesungguhnya indonesia memiliki banyak kerentanan berupa gesekan-gesekan akibat perbedaan.

“Namun berkat Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, Bangsa Indonesia tidak hanya masih bersatu tapi juga bersama(sama senantiasa berusaha menjadikan kehidupan bangsa dan negara ini berkembang ke arah yang lebih baik dalam bingkai kebinekaan.” tegas Romo Benny.

Doktor komunikasi Politik ini, lebih lanjut menyatakan bahwa negara ini berjalan atas konsensus dan kesepakatan bersama segala unsur bangsa. Karenanya, sudah seharusnya persatuan dan kesatuan akan tetap stabil terjaga, namun kepentingan politik baik lokal maupun global yang dinamis membawa banyak sekali pengaruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

“Para pendiri bangsa sudah berkomitmen dan menetapkan bahwa Kebijakan politik indonesia adalah bebas aktif dan tidak berpihak pada satu paham atau blok tertentu, namun suka atau tidak dalam perkembangan era digital dan globalisasi sekat sekat budaya makin tipis dan runtuh ini menyebabkan dengan bebasnya banyak paham, ide dan budaya yang masuk ke Indonesia tanpa bisa lagi ditolak.” tandas Romo Benny.

Karenanya bangsa Indonesia diharapkan senantiasa berpegang pada nilai-nilai Pancasila, yang walaupun banyak mendapatkan ujian diharapkan dapat tetap teguh dipegang oleh seluruh masyarakat Indonesia.

“Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini sedang diuji oleh paham paham asing yang berujung pada eksklusivisme, radikal dan merasa dirinya yang paling benar, hal ini diperparah dengan era digital dimana informasi tidak lagi tersaring.” ujar Benny.

Benny menutup Paparannya dengan menyatakan bahwa umat Kristiani hendaknya senantiasa menjadi pendamai dan penjaga nilai-nilai kemanusiaan, jangan terjebak pada narasi-narasi negatif dan berita hoaks, hendaknya kita dapat menjadi komunitas pemutus kata bukan komunitas pengiya kata.

“Dalam menghadapi pemilu hendaknya kita semua dapat menjaga pesta demokrasi ini menjadi media adu gagasan, bukan menjadi ajang politik identitas dan memecah belah bangsa. Kita harus menggunakan media sosial dengan baik sebagai sarana saling membantu, saling menghormati, saling mengulurkan tangan menjalin kasih dalam perbedaan dan kebhinekaan hingga suksesi pemerintahan dalam pemilu benar-benar menghasilkan pemerintahan yang tidak hanya sekedar seiman, sesuku dan seidentitas namun pemerintah yang bisa merangkul seluruh aspek dan unsur dalam bangsa untuk membangun Indonesia yang lebih baik.” ujar Benny pada acara yang dihadiri oleh 380 orang pemuka agama Kristen dan Katolik se-Malang Raya tersebut.

Pos terkait