Sambut Tahun Politik 2024, Komitmen Jaga Ukhuwah & Keutuhan NKRI

Islam adalah ajaran yang sempurna (syamil) yang mencakup semua urusan dan kepentingan serta hidup manusia, termasuk didalamnya urusan politik dan kekuasaan. Namun dalam Islam urusan dan kepentingan politik serta kekuasaan tersebut dibalut dalam bingkai syariah atau syiasah syar’iyah.

Demikian disampaikan Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Jawa Barat, KH.M.Roinul Balad,S.Sos dalam sebuah kesempatan. KH.Roin menambahkan bahwa politik yang harus dipegang kaum muslimin harus dijiwai dengan ruh untuk Syariah Islam politik itulah bagian dari pengabdian kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Bacaan Lainnya

“Dengan politik ini orang bisa mengatur secara lingkup lokal, nasional bahkan global. Kalau aturan individu pribadi dengan keluarga ada sistem keluarga dalam Islam. Nah biasanya kalau sudah bicara politik maka dia mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara secara globalnya begitu maka perhatian Islam terhadap politik ini sangat dalam dan menyeluruh,”jelasnya.

Dalam Islam, sambungnya, politik itu adalah sesuatu yang harus dipahami untuk bisa bertakwa kepada Allah maka ada hal yang diambil dalam hal sejarah yaitu pertama bagaimana menjadikan diri kita menjadi orang yang bertakwa.

“Kalau sudah berhubungan yang berbangsa dan bernegara maka konsekuensi dalam politik secara umum bahwa dengan politik ini kita ingin mewujudkan negara yang baik atau dalam Islam disebut dengan baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur yakni sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya,”imbuhnya.

Menurut KH.Roin politik merupakan salah satu cara dalam mengambil kekuasaan dalam lingkup kecil maupun yang lebih luas. Namun demikian politik dan kekuasaan dalam Islam adalah untuk menjadikan kita taat kepada Allah Ta’ala.

“Kekuasaan ditangan kaum muslimin yang bertaqwa maka akan lebih mudah mengajak masyarakat untuk kepada jalan ketakwaan dan ketaatn kepada Allah. Jangan sampai justru menimbulkan kerusakan. Inilah pentingnya politik dalam arti praktis ya untuk mengambil kekuasaan di tangan kaum muslimin menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa, dimana doa yang senantiasa kita panjatkan mengutip dalam Al Quran surat Al Furqon ayat 74, Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a’yun waj’alna lil muttaqina imama. Yang artinya: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa,”jelasnya.

Sementara itu terkait dengan momentum di Indonesia dengan system demokrasi 5 tahunan itu pada pada 2024 dimana akan pesta demokrasi yakni Pileg dan Pilpres, KH.Roin menerangkan bahwa NKRI ini negara ini adalah merupakan warisan dari para kita orang-orang yang beriman dan bertakwa tapi dalam konteks bermasyarakat tidak menafikan ada orang yang beragama lain selain Islam faktanya mayoritas agama Islam partai apapun di Indonesia ini yang tetap akan memiliki umat Islam.

“Jadi yang pertama misalnya dari umat Islam adalah keberadaan kita di Indonesia jangan suara umat Islam dalam 5 tahun tersebut jadi rebutan semata. Dalam Islam jelas memilih pemimpin itu yang seiman dan seaqidah. Memilih pemimpin yang muslim yang taat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan ketaatannya dilahirkan ketaatan itu diperlihatkan secara dhohir,”jelasnya.

Menurut KH.Roin bahwa yang Namanya ketaatan dan ketakwaan bisa dilihat secara dhohir misalnya dengan shalat lima waktu dengan jelas kemudian ucapannya ungkapannya perilakunya tidak membuat sakit hati umat Islam maupun umat agama lain. Kemudian juga taat kepada syariah itu tidak ada rasa kebencian tapi dia misalnya senang dengan syariat Islam dibuktikan dengan pernyataan dan perilaku yang sopan, santun dan beretika serta beradab.

Sementara terkait calon pemimpin tadi dalam konteks pemilu di Indonesia bagi kaum muslimin ada dua hal pertama adalah penting menyadari bahwa umat Islam mayoritas sehingga suara umat Islam akan menjadi rebutan. Sementara yang kedua umat Islam jangan mau diadu domba dan jadi alat pendulang suara saja.

“Makanya harus ada kepastian umat Islam memiliki calonnya yang harus dibuktikan dengan perilakunya bukan hanya dengan teori atau sekedar pandai beretorika dan orasi diatas pentas. Jangan sampai kita mau di adu domba karena kalau diadu domba dengan sesama muslim rusak kekuatan kita khususnya kaum muslimin umumnya,”tegasnya.

Menurut KH.Roin bahwa bangsa Indonesia ini ibarat kapal besar kapal besar yang harus dijaga haluannya agar mencapai tujuan serta mampu melindungi seluruh penumpangnya. Dimana dalam penumpang kapal yang besar tersebut bukan hanya kaum muslimin meski mayoritas tetapi juga ada suku dan agama yang lain.

“Rumusnya juga selama tidak mengganggu keimanan kita tentu wajib menjaganya bersama-sama. Namun jika sudah mengganggu tentu ada konsekuensinya,”tegasnya.

Sementara itu terkait dengan upaya menjaga kondusivitas bangsa dan negara khususnya dalam internal kaum muslim itu sendiri, KH.Roin menekan akan pentinya kalangan melakukan silaturahim dan dialog terbuka yang dibangun dengan semangat kekeluargaan untuk menjaga ukhuwah.

“Silaturahim ini menjadi salah satu kunci dalam menjaga ukhuwah,”tegasnya.

Sementara itu terkait dengan calon-calon pemimpin yang secara keagamaan bisa jadi dari seorang muslim itu sendiri maka dia harus menjadi teladan. Jangan sampai seorang calon pemimpin justru berperilaku buruk baik ucapan maupun tindakannya.

“Adany sikap saling mengingatkan dan tujuannya untuk kebaikan semua kepentingan bangsa maka hendaknya tidak saling menyerang, menjelekkan menebar fitnah dan lain sebagainya. Lakukan berdemokrasi dengan arif, bijak dan beradab,”ungkapnya.

Menurutnya jika ada seorang calon pemimpin yang melakukan hal demikian maka berarti ia bukan seorang negarawan sehingga tidak layak untuk memimpin bangsa ini. Meski namanya demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan namun tetap ada aturan dan etika yang harus dijunjung dan ditaati bersama.

Kemudian yang kedua tentu saja para pendukung, Nah ini yang lebih berat lagi karena pada mendukung kan sangat heterogen macam-macam Nah kita sebagai kaum muslimin harus bijak juga harus santai ya jangan terbawa emosi jangan juga kita terjebak dengan apa yang mereka inginkan secara negatif. Semua perlu disaring dan dicerna sebelumnya menyebarkan informasi,”ungkapnya.

Untuk itu KH.Roin memberikan pesan agar kaum muslimin itu bersikap cerdas dan berjiwa dewasa khususnya dalam menghadapi tahun-tahun politik baik mulai sekarang maupun yang akan datang. Kedewasaan itu harus dibuktikan dari sikap, ucapan maupun perilaku dalam berpolitik, baik ia sebagai calon pemimpin maupun sebagai pemilih calon pemimpin.

“Kita telah belajar berdemokrasi secara bertahun-tahun dan berulangkali kita melakukan pesta demokrasi maka semua itu harus menjadi pelajaran bagi kita khususnya kaum muslimin di negeri yang kita cintai ini. Jangan biarkan ukhuwah dan keutuhan NKRI ini justru dikotori dan dirusak oleh musuh bangsa dan agama. Para ulama dan pendahulu bangsa ini telah mewariskan negeri ini dari perjuangan mereka, maka selayaknya kita para pewaris itu melanjutkan dan menjaga serta membangunnya menjadi lebih baiknya,”pungkasnya.

Pos terkait