Jakarta – Direktur Eksekutif Gawatch Ach. Sayuthi mengingatkan kepada semua pihak agar mewaspadai potensi merebaknya kabar bohong, fitnah dan adu domba menjelang pemilu 2024. Kabar-kabar hoaks menurutnya cenderung akan semakin meningkat di setiap level tahapan agenda politik elektoral 5 tahunan itu.
“Semakin mendekati pemilu, angka hoaks meningkat, baik hoaks yang menyangkut atau terkait dengan pemilu,” tegasnya, 18 Februari 2023.
Oleh karena itu, ia menilai bahwa potensi negatif itu harus bisa diwaspadai secara dini dan dilakukan mitigasi secara serius oleh para penyelenggara pemilu.
“Makanya, penyelenggara baik KPU Bawaslu harus mengantisipasi tentang maraknya hoaks,” ujarnya.
Berdasarkan pengamatannya selama ini, nyaris setiap menjelang pemilu, kabar hoaks selalu berseliweran.
Hal ini terafirmasi dengan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada rentang waktu Agustus 2018 – 30 September 2019, mereka telah menjaring 3.356 hoaks.
“Karena kalau kita lihat polanya dari data empirik, menjelang pemilu, maka hoaks semakin meningkat. Maka hoaks harus diantisipasi, karena dampaknya luar biasa. Hoaks ini kan fitnah, kabar bohong, fake news,” sambungnya.
Hoaks menurut dia adalah sebuah kejahatan yang berdampak sangat besar. Tidak hanya sekedar bisa menghancurkan lawan politik, akan tetapi bisa memicu konflik di masyarakat.
“Hoaks itu kejahatan extra ordinary crime, karena dampaknya sistemik. Hoaks menurut saya ini kejahatan luar biasa karena dampaknya luar biasa besar. Menyebarkan kebohongan lalu timbulkan konflik bahkan sampai konflik berdarah, timbulkan fitnah,” tuturnya.
Sehingga kata Sayuthi, potensi penyebaran hoaks ini harus menjadi perhatian semua masyarakat. Jangan sampai publik mudah termakan oleh kabar bohong.
“Ini tidak bisa dipandang sebagai kejahatan biasa. Jangan main-main sama hoaks, karena dampaknya luar biasa,” pungkasnya.