SEMARANG, Redaksikota.com – Para Mahasiswa dari Universitas PGRI Semarang memberikan pelatihan hidroponik kepada warga di Kelurahan Wujil, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
Pelatihan ini merupakan bagian dari upaya penyadaran masyarakat tentang persoalan sampah yang ditemukan selama Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang mereka gelar.
“Tujuan diadakannya pelatihan hidroponik tersebut, agar masyarakat mengerti cara menanam menggunakan metode hidroponik, dimana dengan metode tersebut masyarakat tidak harus memiliki lahan yang luas untuk bercocok tanam,” kata salah satu peserta KKN, Dhama Ageng Safana kepada wartawan, Minggu (5/2).
Kemudian, mereka juga mengoptimalkan limbah sampah bekas untuk dijadikan alat penunjang tanah hidroponik. Sehingga masyarakat bisa lebih memilih dan memilih sampah untuk dijadikan nilai daya guna ketimbang dibuang sembarangan dan menumpuk begitu saja, sehingga bisa berdampak negatif kepada lingkungan.
“Alat alat yang digunakan merupakan alat yang bisa didapatkan dengan cara me-recycle barang bekas (sampah),” ujarnya.
Selain melakukan budi daya tanam menggunakan teknik hidroponik, para Mahasiswa juga mengajak masyarakat untuk tetap melestarikan kearifan lokal. Salah satunya adalah permainan anak yang sempat tergerus hilang akibat perkembangan zaman.
“Selain senam tadi, kami juga mementaskan sedikit permainan tradisional asli khas Wujil yang mulai pudar. Kami menangkap, permainan semacam ini sangat penting. Tidak hanya sebagai warisan kebudayaan desa, tetapi ini juga manifestasi dari lokalitas budaya yang musti dipertahankan di tengah hilangnya banyak permainan khas desa dan berganti dengan era digitalisasi yang serba memikat,” papar Dhama.
Kegiatan seru para Mahasiswa UPGRIS tersebut disambut antusias. Para peserta yang juga kalangan ibu-ibu PKK di desa setempat merasa senang dengan kegiatan positif para Mahasiswa di lingkungannya.
Salah satu anggota PKK, Istianah berkeinginan untuk menularkan ilmu manfaat dari Mahasiswa ini untuk ibu-ibu PKK lainnya.
“Sangat bagus, saya langsung mau buat dan tanam di rumah. Tadi juga saya minta semua peralatan instalasi yang sudah dibuat, mau saya gunakan pelatihan untuk ibu-ibu PKK yang hari ini tidak berangkat,” kata Istianah.