Diklat Online Pembinaan Ideologi Pancasila, Mudahkan Pembumian Pancasila di Masyarakat

Jakarta – Sebagai upaya perbaikan dan pembaharuan terus menerus terhadap Pendidikan dan Pelatihan Pembinaan Ideologi Pancasila di masyarakat, Deputi Pendidikan dan Pelatihan Badan Ideologi Pembinaan Pancasila (BPIP) melalui Direktorat Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan mengadakan Diskusi Kelompok Terpumpun, bertema “Pemanfaatan Learning Management System Diklat PIP dan Perencanaan Penyusunan Cetak Biru Diklat PIP” yang diselenggarakan di Jakarta, pada 16 Januari 2022.

Pemanfaatan learning management system melalui aplikasi SiKUAT ini, dipandang penting mengingat peserta Diklat PIP yang mencakup seluruh Indonesia. Sehingga dianggap perlunya pemanfaatan teknologi digital dalam pelaksanaan Diklat PIP. Pemanfaatan teknologi ini dianggap menjadi jawaban atas kendala-kendala pelaksanaan diklat secara manual yang akan lebih banyak memakan waktu, tenaga dan biaya.

Bacaan Lainnya

Diskusi Kelompok terpumpun ini Antara lain dihadiri oleh para Stake Holder dari Unsur Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Web developer dan konsultan Aplikasi serta dari Kementerian Komunikasi dan Informasi dengan mengundang Staff Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo dan Dewan Pakar bidang Geopolitik, Geostrategi dan Manajemen Pemerintahan Prof. Dr. Ermaya Suradinata S.H., M.H M.S.

Dalam kesempatan pertama, Antonius Benny Susetyo, Staff khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyatakan bahwa perlu adanya dampak besar dari Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) kepada masyarakat.

“Karena jika tidak, kita hanya akan terjebak pada pengulangan pengulangan yang berakibat adanya persepsi masyarakat bahwa diklat Pembinaan Ideologi Pancasila hanyalah sekedar formalitas belaka.” tegas Benny.

Pendidikan dan Pelatihan Pembinaan Ideologi Pancasila, menurut Benny, hendaknya berfokus pada tiga titik berat yang perlu dijiwai oleh para peserta yaitu Logos, ethos dan Pathos.

“BPIP hendaknya benar-benar melakukan pemetaan mengenai tipe-tipe para peserta diklat agar materi yang disajikan benar-benar berfokus dan tepat sasaran hingga program-program yang diberikan kepada peserta menjadi tepat guna.” beber dia.

Pendidikan dan Pelatihan yang efektif, menurut Benny harus partisipatif dan melibatkan para peserta dalam menggali nilai-nilai Pancasila, hingga Pancasila benar-benar menjadi ideologi yang hidup dan bekerja dalam pola pikir para peserta diklat dan akan berkesinambungan dalam pola hidup dan kerja para peserta diklat sehari-hari bahkan setelah diklat selesai.

“Kita berharap aplikasi Pembinaan Ideologi Pancasila yang dibuat, ditampilkan secara sederhana namun efektif dalam upaya pembumian Ideologi Pancasila pada komponen-komponen masyarakat yang memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari.” harap Benny.

Benny menilai bahwa perlu mempengaruhi pola pikir dalam masyarakat, untuk mengubah pola pikir dan pandang Masyarakat mengenai Pancasila. Ia meminta BPIP dan para Stakeholder hendaknya mulai mencari cara, model dan materi pendidikan dan pelatihan yang sesuai terhadap masing-masing kelompok masyarakat Indonesia.

“Sehingga Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan BPIP menjadi sebuah upaya pembumian Pancasila yang efektif dan tepat guna, serta dapat dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan.” ujar Benny menutup Paparannya.

Untuk selanjutnya, Prof Ermaya Suradinata dalam paparannya menyatakan bahwa perkembangan situasi global yang berpengaruh pada perkembangan suatu negara khususnya Indonesia.

“Maka Ideologi yang merupakan jati diri dan identitas Bangsa merupakan suatu keharusan dalam setiap negara. Negara ini adalah suatu organisasi, turunan organisasi adalah manajemen, didalam manajemen akan membentuk behaviour. Maka negara akan membentuk behaviour adalah tugas BPIP untuk membuat behaviour setiap segmentasi di setiap lapisan masyarakat membutuhkan Pancasila, bukan dengan paksaan namun dengan memunculkan kesadaran pada setiap orang bahwa mereka membutuhkan Pancasila.” jelasnya.

Dalam era digital sekarang ini tentunya akan berbeda dengan generasi dan era yang lalu, ia menekankan bahwa dibutuhkan kesadaran seluruh komponen masyarakat dalam upaya pembumian dan menjadikan Pancasila sebagai behaviour bangsa, dan bukan hanya tanggungjawab Pihak tertentu seperti Kesbangpol.

Menutup Paparannya mengenai Pembinaan Ideologi Pancasila, Ermaya menyatakan bahwa dalam suatu sistem pendidikan, harus dilihat tingkatan peserta.

“Contohnya sosialisasi di tingkat menteri, sifatnya tidak mengajari, tetapi memberikan pemahaman bahwa urgensi Pancasila menjadi Dasar Negara, sehingga pejabat negara dapat menjadi contoh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.” pungkas dia.

Pos terkait