Maknai Momen Natal, Berjalan Bersama-sama & Membangun Peradaban Kasih

Berabad-abad Sebelum kedatangan Yesus Kristus, setiap berakhir musim dingin, masyarakat Eropa awal bersukacita selama titik balik Matahari. Norse atau bangsa Nordik merayakan Yule mulai tanggal 21 Desember yang menandakan titik Matahari tersebut saat pergantian musim dingin hingga Januari.

Masyarakat Kutub Utara merayakan Winter Solctice pada tgl 21-22 Desember, kembalinya Dewa Matahari pulih setelah melemah selama musim dingin. Dan mungkin alasan ini pula yang membuat masyarakat Tionghoa merayakan hari Onde atau Tangce setiap tgl 22 Desember.

Bacaan Lainnya

Romawi melakukan perayaan Saturnalia pada hari Minggu menjelang titik balik Matahari di musim dingin, tepatnya pada tgl 17 Desember hingga 25 Desember.

Selain Saturnalia, masyarakat Roma merayakan Juvenalia untuk menghormati anak-anak Roma. Lalu masyarakat kelas atas sering merayakan hari lahir Mithra atau Dewa Matahari setiap 25 Desember.

Meskipun ada bukti menunjukkan kelahiran Yesus mungkin terjadi pada musim semi, Paus Julius I memilih tanggal 25 Desember.

Pesta kelahiran Yesus menyebar sampai ke Mesir tahun 432 dan ke Inggris pada akhir abad keenam.

Dengan mengadakan Natal pada waktu yang sama dengan festival titik balik Matahari di musim dingin, para pemimpin gereja mengukuhkan bahwa Natal akan dirayakan setiap tahunnya pada 25 Desember.

Keanekaragaman merupakan anugerah Allah yang harus disyukuri, dirawat, dan dikembangkan. Keberagaman ini dimaknai dalam semangat Bhineka Tunggal Ika dalam konteks keindonesiaan yang menjadi semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menyadari kebhinekaan sebagai suatu anugerah Tuhan bisa menjadi pendorong untuk saling bergandengan. Dengan begitu, bangsa Indonesia bisa bersama-sama mewujudkan dan menata kehidupan bangsa yang lebih bermartabat.

Tema Natal tahun 2022 (“Pulanglah Mereka ke Negerinya Melalui Jalan Lain”/kitab Matius 2:12) ini juga sejalan dengan tema HUT RI ke-77. Dengan berjalan bersama, maka rakyat Indonesia akan mampu untuk ‘pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat’. Semangat kebhinekaan yang tertuang dalam tema Natal 2022 ini juga diharapkan dapat menjadi stimulus dalam membangun kembali kehidupan dari keterpurukan akibat pandemi COVID-19 yang berdampak pada berbagai bidang.

Selain itu, tema Natal 2022 ini juga mengandung semangat dalam membangun peradaban kasih di tengah menguatnya tindak kekerasan, merajut kerukunan di tengah merebaknya intoleransi, mempopulerkan budaya jujur di tengah mengguritanya tindak kejahatan korupsi, menggemakan pertobatan ekologis di tengah maraknya kerusakan lingkungan hidup, dan mengembangkan hidup berpolitik yang beretika menjelang pesta demokrasi tahun 2024.

Selamat Hari Natal..

Semoga ajaran dan perintah Yesus untuk menyelematkan kaum yang lemah, yang bodoh, yang sakit, dan menderita selalu jadi inspirasi dan bintang penuntun bagi yang meresapi dan menjalankan ajaran dan perintahnya.

Bung Ghopur
~ Direktur Eksekutif LKSB ~

Pos terkait