Tiga Warga Sipil Dibantai di Papua, Barisan Merah Putih: Dimanakah Komnas HAM?

Barisan Merah Putih mengutuk pembantaian yang dilakukan oleh Kelompok Separatis Teroris (KST) di Papua.

“Kami Barisan Merah Putih mengutuk keras tindakan keji dan sangat tidak manusiawi dan meminta TNI /Polri di daerah merah/rawan untuk selalu waspada dan mengingatkan masyarakat sipil untuk tidak ambil risiko dengan mencari nafkah di tempat-tempat yang rawan,” kata Max Ohee dari Barisan Merah Putih, Rabu (14/12/2022).

Bacaan Lainnya

Max juga meminta TNI/Polri untuk mengejar dan menangkap pelaku dan segera mempertangungjawabkan perbuatannya sesuai hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Penegakan hukum harus tegas terhadap mereka,” katanya.

Max juga mengkritik Komnas HAM di Papua yang lebih banyak mengkritik tindakan TNI/Polri di lapangan. Mereka jarang sekali mereka membela hak-hak warga sipil atau personel TNI dan Polri yang di bantai KST.

“Komnas HAM tidak terlihat peran dan kapasitasnya. Dimana Komnas HAM?” ujar Max.

Seperti diberitakan sebelumnya, aksi keji yang dilakukan KST di Papua kembali menelan korban sipil. KST Pimpinan Nason Mimin dilaporkan membunuh tukang ojek dengan dalih sebagai intel Pemerintah Indonesia, Senin (5/12).

Kekejian dan kebiadaban kelompok Nason itu diabadikan dalam bentuk video yang tersebar ke publik. Sangat kejam dan sadis.

Aksi sadis itu mendapat reaksi Komandan Korem 172/PWY Brigjen TNI J.O. Sembiring dalam yang pernyataan yang diterima wartawan, Selasa (13/12/2022), membantah tuduhan tukang ojek yang menjadi korban kekejian KST sebagai aparat intelijen.

Bang JO, demikian Komandan Korem 172/PWY kerap disapa, bahkan mengkonfirmasi jumlah korban tewas ada 3 orang yang telah dibunuh secara keji oleh KST di Kampung Mangabib, Distrik Oksebang, Kab. Pegunungan Bintang. Ketiga korban masing-masing La Usu (23), La Ati (40) dan La Aman (39).

“Mereka adalah warga sipil yang berprofesi sebagai tukang ojek,” tegasnya.

“Jadi tidak benar kalau mereka (KST) menyebut para korban adalah aparat Intelijen. Mereka benar-benar masyarakat sipil yang sehari-harinya mencari sesuap nasi demi memenuhi kebutuhan keluarganya dengan berprofesi sebagai tukang ojek,” terangnya.

Bang JO menuding, pembunuhan yang dilakukan secara biadab ini adalah pekerjaan teroris.

“Saya juga beragama Kristen, dalam ajaran agama apapun tidak ada yang mengajarkan melakukan pembantaian keji yang kemudian direkam dan disebarkan untuk menebar ketakutan di masyarakat. Ini merupakan pekerjaan teroris yang dirinya sedang dirasuki oleh setan,” kata Danrem, geram.

Pos terkait