Jakarta – Pengamat Politik IPI Karyono Wibowo menegaskan reuni 212 tidak bisa dilepas dari gerakan politik.
Pasalnya, sebelumnya gerakan reuni 212 lahir pada saat Pilkada DKI dengan momentum Al Maidah. Dan dilanjut saat jelang Pemilu 2017 momentum Prabowo melawan Jokowi.
“Kalau saya melihat dari dulu saya dari sadari dulu sampai sekarang saya masih istiqomah ya melihat gerakan 212 itu jelas gerakan politik,” kata Karyono, hari ini.
“Jelas sekali gerakan politik bukan murni gerakan agama,” tegas dia lagi.
Menurutnya, menjadi kurang pas jika kepentingan politik itu dibalut dengan agama seperti reuni 212. Sehingga muncul isu ayat dan mayat, juga serangan komunis PKI untuk menyerang kontestan di pesta demokrasi.
“Nah kepentingan politik yang dibalut dengan agama yang pas mungkin itu,” terangnya.
Dikatakannya, setiap ada momentum Pemilu, momentum pertarungan politik, ada forum-forum peringatan hari lahirnya gerakan 212 atau dalam forum-forum yang lain dengan mengangkat politik identitas tertentu. Hal ini menunjukkan kepada publik seolah-olah ada satu gerakan keagamaan.
“Tapi sejatinya ini gerakan politik yang dibalut dengan agama. Ya agama jangan jadikan komoditas lah. Itu dampakanya justru bisa membodohi umat,” pungkasnya.