Media Massa dan Segala Fungsinya dalam Hadapi Zaman

IMG 20220114 WA0012

Oleh: Abdul Ghopur

Tak dapat dibayangkan bagaimana manusia (modern) hidup tanpa internet, gawai pintar, Lap Top dan seperangkat alat elektronik canggih lainnya. Sulit pula membayangkan, kita yang hidup di “zaman now” tanpa media massa seperti majalah, buku, surat kabar, radio, televisi (TV) dan lainya. Kehidupan di zaman milenial ini sesungguhnya mengandaikan adanya interaksi sosial yang sangat erat, baik melalui interaksi langsung atau pun interaksi secara virtual. Masyarakat terutama para generasi milenial (kids zaman now) biasa mengasosiasi dan mengekspresikan dirinya melalui beragam sarana media dan aplikasi seperti Facebook (FB), Twitter (nge-twit), Instagram, WhatsApp (WA) dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, media massa sangat berperan penting membantu untuk makin memudahkan aktifitas masyarakat modern, di samping membangun paradigma, perilaku bahkan peradaban umat manusia.

Bacaan Lainnya

Media massa atau pers sesungguhnya mempunyai makna yang bermacam-macam dan memiliki banyak fungsi bagi masyarakat, tergantung pada sistem politik, sosial, budaya dan ekonomi dimana media itu berfungsi, tingkat perkembangan masyarakat, dan minat serta kebutuhan individu tertentu. Sejatinya, pers berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial (pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers). Pers juga berfungsi memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi dan mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia. Selain itu, pers harus menghormati kebinnekaan, mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar dalam melakukan pengawasan.

Sebagai pelaku media informasi, pers atau media massa itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada masyarakat. Dus, masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi. Sebagai fungsi pendidikan, pers memiliki fungsi sarana pendidikan massa (mass education), memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.

Sebagai fungsi hiburan, pers (cetak atau elektronik) juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Bentuknya bisa berupa cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur dan sebagainya.

Sementara sebagai fungsi kontrol sosial, pers memiliki fungsi yang mengandung makna demokratis yang di dalamnya terdapat unsur-unsur sebagai pertama, social participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan). Kedua, social responsibility (pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat). Ketiga, social support (dukungan rakyat terhadap pemerintah). Dan, keempat, social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah). Bahkan pers memiliki fungsi sebagai lembaga ekonomi, yaitu suatu perusahaan yang bergerak di bidang pers yang dapat memanfaatkan keadaan di sekiktarnya sebagai nilai jual. Sehingga pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil produksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.

Namun demikian, mencermati perkembangan media massa utamanya TV, dewasa ini cenderung memprihatinkan, bahkan mencemaskan. Bagaimana tidak, media yang seharusnya menjadi benteng demokrasi bahkan “benteng moral” masyarakat dan warga negara, justru menjadi mesin atau pabrik “perusak moral” masyarakat. Apa buktinya? Sinetron kita diisi dengan cerita setan dan episode “lawakan,” kehidupan bermewah-mewahan (glamour), hedonisme-instan, bahkan ucapan “Tuhan” yang diulang-ulang serta ritual ibadah yang berlebihan adalah buktinya. Beririsan dengan itu, kekerasan (violence) terus “dibudayakan” oleh media massa (jika tidak ingin mengatakan disebarkan). Syahdan, semuanya itu tidak mencerminkan sama-sekali keperibadian dan budaya bangsa. Alih-alih mengejar rating, pers (elektronik) justru hanya mengeruk keuntungan ekonomis semata tanpa mempertimbangkan efek kebangkrutan moral bangsa di kemudian hari.

Padahal, pers sebagaimana diperkenalkan oleh Charles Wright yang mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model atau kategori dan daftar fungsi, juga mempunyai fungsi kebudayaan, pertama, fungsi pengawasan (surveillance) dan penyediaan informasi tentang lingkungan. Kedua, fungsi penghubung (correlation/liaison) dimana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah. Ketiga, fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan. Dan, keempat, fungsi hiburan (entertainment). Pada model keempat ini Charles Wright menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi).

Pers terutama TV, memiliki kekuatan yang sangat besar memengaruhi kebudayaan masyarakat luas. Menurut Karl Erik Rosengren, pengaruh media cukup kompleks dan dampaknya bisa dilihat dari pertama, pada skala kecil (individu) dan luas (masyarakat). Kedua, kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam atau hari) dan lambat (puluhan tahun atau abad) dampak itu terjadi. Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa. Harold Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948, mengemukakan model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu, siapa (who), pesannya apa (says what), saluran yang digunakan (in what channel), kepada siapa (to whom) dan apa dampaknya (with what effect)? Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi. Dari model tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media atau pers di atas.

Secara perlahan namun pasti (efektif), pers atau media membentuk pandangan (paradigma) pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari (Gamble, Teri and Michael. Communication works. Seventh edition). Contoh, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia. Dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah Ia telah memenuhi standar itu dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media. Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain.

Pada gilirannya, media massa dapat membentuk atau merubah sama-sekali kebudayaan atau karakter suatu bangsa. Demikian juga media massa merupakan cerminan dari budaya bangsa itu sendiri. Ketika masyarakat kita mengalami kedangkalan berpikir dan hanya menyukai sesuatu yang remeh-temeh (mediokrasi), dan itu direfleksikan oleh TV, maka media massa merupakan cermin (reflektor) dari suatu masyarakat yang sedang mengalami mediokrasi. Ironis!

Penulis adalah Intelektual Muda NU,
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB);
Inisiator Yayasan Kedai Ide Pancasila
(menulis banyak buku dan artikel)

Pos terkait