Eks.Napiter Bom Polres Cirebon Bantah Statement Penyerangan Mabes Polri Rekayasa, Itu Pemikiran Ngawur!!!

IMG 20210428 WA0014

Pencegahan paham radikal perlu mendapat perhatian dan dukungan dari semua pihak termasuk kalangan ibu-ibu rumah tangga. Karena, belakangan muncul aksi terorisme yang melibatkan perempuan dan anak-anak. Seperti kasus penembakan terhadap aparat kepolisian yang sedang berjaga di pintu masuk penjagaan Mabes Polri pada Rabu (31/3), dimana pelakunya adalah perempuan “ Ungkap Agus Mantan Napiter Kasus Bom Kedubes Myanmar.

“Saya harap ibu-ibu lebih peduli pada keluarga. Jika ada anggota keluarga, sanak saudara dan tetangga mulai mencurigakan tolong diajak bicara atau dibawa ke ulama agar dibimbing,” ungkap Agus yang dulu pernah Mengkafirkan keluarganya sebelum akhirnya meninggalkan rumah.

Bacaan Lainnya

Agus mantan Napiter kasus Bom Kedubes Myanmar tersebut sebenarnya memiliki nama asli Choirul Ihwan, seperti biasa, teroris mempunyai nama lain, dan nama lain dari Agus yaitu Ahmad Rofiq Ridho, Heru, Irul, iwan dan Ikhwan” Ungkap Agus

Agus alias Irul yang pernah bergabung dengan dengan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) dan Jama’ah Thaliban Melayu mengungkapkan masuknya paham teroris menggunakan cara yang halus. Selain doktrin secara langsung, media sosial (medsos) juga digunakan untuk menyebarkan ajaran dan merekrut orang.”Perlu ada kewaspadaan dan kepedulian kita semua. Agar sikap intoleransi dan radikalisme tidak mudah menyebar dan anak-anak kita tidak sampai terjerumus,” tegasnya.

Mantan jihadis kelompok Taliban Melayu ini juga menerangkan, bahwa yang menyebabkan teorisme itu, diawali dari pemikiran dan ajaran intoleran, serta ideologi yang mudah untuk menyalahkan pihak lain Dan tidak mau menerima perbedaan agama, atau tidak menerima seorang pemimpin yang berbeda agama. “Misalnya, jika ada yang menyebut yasinan dan tahil adalah bid’ ah.”

Sedangkan tujuan radikalisme dan terorisme, biasanya untuk mengganti sistem. Sebab menurut mereka, sistem yaang ada yaitu Pancasila dan UUD 1945 adalah sistem kafir yang harus digantikan dengan Syariat Islam.

“Itulah awal dari intoleransi yang akan melahirkan radikalisme dan kemudian mengarah ke terorisme,” ujar pemuda asal Sidomulyo, Wonoasri, Kabupaten Madiun

Agus, Eks Napiter Kasus Bom Polres Cirebon juga menyayangkan terkait adanya statement dari sebagian masyarakat yang menyatakan bahwa kasus penyerangan di Mabes Polri pada Rabu (31/3) adalah rekayasa dari aparat kepolisian, itu keterlaluan dan pemikiran ngawur, “Semua bukti sangat jelas. Korbannya juga sangat jelas. Peristiwanya juga sangat jelas. Mana mungkin polisi bisa merekayasa,” Tegas Agus

Sebagai mantan Napiter, Agus mendukung upaya Polri dalam memberantas / menangani kasus terorisme dan mengajak masyarakat untuk mendukung upaya Polri tersebut, karena terorisme merupakan musuh bersama. Pelibatan masyarakat dalam memerangi radikalisme, termasuk yang disebarkan melalui media sosial dan dunia maya menjadi penting, agar mereka paham dan mengerti bahwa kontraradikalisme itu harus digiatkan, saat ini ada banyak generasi penerus bangsa ini terpapar intoleransi dan radikalisme, namun dibiarkan dan tidak ada kepedulian. Karena itu, perlunya peran dari keluarga dan elemen masyarakat untuk aktif memberikan pemahaman “Prinsipnya, perlu kepedulian dari seluruh masyarakat, terhadap lingkungan kita dan keluarga kita agar terhindar dari radikalisme,” Pungkas Agus alias Irul

Pos terkait