Redaksikota.com – Ketua Umum Cyber Indonesia, Habib Muannas Alaidid menyarankan agar publik khususnya warga Nahdliyyin memaafkan saja kelakuan elite Partai Demokrat, Rachland Nashidik.
“Sudahlah maafkan aja, Kasian,” kata Muannas, Sabtu (20/2/2021).
Ia menilai memang dewasa ini banyak politisi Partai Demokrat yang mencari perhatian semata dengan statemen-statemennya.
“Belakangan memang pengen bener politisi demokrat suka cari perhatian,” ujarnya.
Sebelumnya, Rachland Nashidik membuat kicauan tentang polemik pembangunan Museum dan Galeri Seni SBY ANI Pacitan, Jawa Timur. Ia menilai bahwa museum semacam itu wajar saja ada di Indonesia.
“Tak ada yang salah dengan Museum Kepresidenan. Kita punya museum Bung Karno dan Amerika Serikat punya museum dari Presiden-Presidennya. Museum adalah jejak bagi ingatan sejarah, bisa juga rujukan bagi standar pencapaian pada suatu bangsa. Dan obyek wisata bagi pendapatan daerah,” tulis Rachland di akun twitternya @RachlanNashidik, Rabu (17/2).
Kicauan Rachland ini pun mendapatkan respon dari netizen @EAndalusy. Di mana netizen tersebut menilai bahwa pembangunan museum tersebut tidak menjadi soal ketika dibangun atas biaya pribadi, bukan dari uang negara.
“Memang tdk ada yg salah dan tdk ada yg menyalahkan kalau pembiayaan pembangunannya bersumber dari pribadi, yg bikin prihatin dan tuhan tidak suka kok teganya dimasa krisis pandemi ini ada yg ngemis anggaran hanya demi museum keluarga,” tulisnya.
Sontak, komentar netizen itu direspon oleh Rachland. Sayangnya, ia menyeret makam almarhum Gus Dur di dalam polemik tersebut.
“Pertama, bukan museum keluarga. Kedua, inisiatif pendanaan datang dari Pemprov — itu juga cuma sebagian. Terbesar berasal dari sumbangan dan partisipasi warga. Ketiga, sebagai pembanding, Anda tahu makam Presiden Gus Dur dibangun negara?,” balas Rachland.
Di komentarnya itu, Rachland juga menautkan sebuah berita dari Kompas.com dengan judul Makam Gus Dur Dibuat Senyaman Mungkin yang diterbitkan pada hari Senin 20 September 2010 pukul 18.51 WIB.
Namun jika dibaca isi dari berita yang diturunkan oleh Kompas.com, pemerintah tidak membangun makam Gus Dur, melainkan membangun infrastruktur di kawasan makam yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.
“Sesuai permintaan keluarga, bukan makamnya. Tapi lingkungannya sehingga jumlah peziarah yang ribuan tiap hari akan nyaman dan memperoleh manfaat yang baik, lalu akan merasa nyaman,” ujar Menko Kesra Agung Laksono dalam keterangan pers di Istana Negara seusai rapat terbatas dikutip dari situas Kompas.
Mendapati kicauan Rachland, Putri almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa Wahid membantah kicauan politisi Partai Demokrat, Rachland Nashidik tentang pembangunan makam ayahandanya berasal dari dana negara.
“Bang Rachland Nashidik, makam Gus Dur sampai saat ini dibiayai oleh keluarga Ciganjur, termasuk prasasti. PP Tebuireng pun hormati ini,” kata Alissa, Sabtu (20/2).
Pun jika ada bantuan dari negara, sifatnya bukan pembangunan makam, melainkan penyediaan infrastruktur bagi masyarakat untuk mengakses area pemakaman tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU) itu.
“Dana Negara tidak untuk makam tetapi untuk jalan raya, lahan berjualan warga. Maklum, ada 1,5-2 juta peziarah setiap tahun. Negara urus ini,” ujarnya.
Rachland Minta Maaf
Rachland berkelit bahwa ia tidak bermaksud memberikan argumentasi bahwa makam Gus Dur dibangun oleh negara.
“Saya sudah membaca ulang twit saya dan menyadari bahwa tanpa membaca berita itu, netizen bisa salah mengerti, bahwa yang dibangun bukanlah makam itu sendiri, melainkan fasilitas publiknya,” kata Rachland.
Ia tetap menyasar bahwa negara tetap memberikan sumbangsih dana untuk memberikan fasilitas ke kawasan makam Presiden keempat Indonesia itu.
“Meski tidak juga bisa dibantah bahwa fasilitas yang melengkapi makam itu dibangun Negara sebagai wujud penghormatan kepada Presiden Abdurrahman Wahid. Saya memohon maaf,” pungkasnya.